Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UTM Gelar 3rd TMIC 2025: Kolaborasi Riset Internasional Menuju Era Industri 5.0 yang Berkelanjutan
Bangkalan, 30 Oktober 2025 — Universitas Trunojoyo Madura (UTM) kembali menegaskan kiprahnya di kancah akademik internasional dengan menyelenggarakan The 3rd Trunojoyo Madura International Conference (TMIC) 2025. Forum ilmiah bergengsi ini mengusung tema “Industry 5.0 Challenges: Technology, Collaboration, and Innovation for Social and Environmental Responsibility”, dan berlangsung di Aula Syaikhona Muhammad Kholil, Gedung Graha Utama Lantai 10, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 29-30 Oktober 2025.
Kegiatan yang diprakarsai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UTM ini mempertemukan akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara untuk berbagi gagasan, hasil riset, dan solusi inovatif dalam menghadapi tantangan era Industry 5.0 — era yang menuntut sinergi antara manusia, teknologi, dan keberlanjutan lingkungan.
Rangkaian acara TMIC 2025 dibuka dengan tari Kasomber, tari tradisional Madura yang dibawakan oleh dosen dan mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Parischa, S.Pd., M.Pd., sebagai simbol semangat lokal menuju kolaborasi global.
Dalam laporan dan sambutannya, Ketua Panitia TMIC 2025, Dr. Sabaruddin Akhmad, S.T., M.T., menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan semua pihak serta menegaskan pentingnya konferensi ini sebagai gerakan akademik lintas disiplin dan lintas negara. “Merupakan kehormatan besar dapat menyambut para akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai belahan dunia di TMIC 2025. Sejak awal, konferensi ini tidak hanya dimaksudkan sebagai ajang ilmiah, tetapi juga sebagai gerakan kolektif untuk menjembatani ilmu pengetahuan dan masyarakat, memastikan bahwa inovasi dan penelitian berkontribusi langsung bagi kemanusiaan dan keberlanjutan,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa TMIC 2025 hadir dengan semangat kolaborasi global yang lebih kuat, partisipasi yang lebih beragam, serta fokus yang lebih tajam terhadap tantangan era Industry 5.0, di mana kreativitas manusia dan teknologi berpadu untuk kemajuan yang berkelanjutan. “Industry 5.0 bukan tentang mesin menggantikan manusia, tetapi tentang mesin yang memberdayakan manusia. Inovasi yang sejati adalah yang berpusat pada manusia, mengedepankan kecerdasan kolaboratif dan tanggung jawab sosial,” lanjutnya.
Dr. Sabaruddin juga menegaskan misi UTM untuk menjadikan Madura sebagai pusat kontribusi ilmiah berkelas dunia. “Sebagai universitas yang tumbuh di timur Pulau Jawa, kami membawa misi untuk mentransformasikan kearifan lokal menjadi kontribusi global. Melalui TMIC, kami ingin menunjukkan bahwa inovasi bisa lahir dari mana saja, termasuk dari Madura,” tutupnya.
Selanjutnya, Ketua LPPM Universitas Trunojoyo Madura, Dr. Ir. Gita Pawana, M.Si., dalam sambutannya menjelaskan bahwa TMIC merupakan konferensi tahunan yang diselenggarakan LPPM untuk memperkuat jejaring riset internasional lintas bidang — mulai dari teknologi, sains, ekonomi, hingga ilmu sosial-humaniora. “TMIC menjadi wadah ilmiah untuk mempertemukan para pemikir dan inovator global dalam mendorong pembangunan berkelanjutan berbasis ekonomi hijau menuju masyarakat 5.0,” ungkapnya.
Dr. Gita juga menambahkan, artikel hasil konferensi ini akan diterbitkan melalui outlet internasional bereputasi seperti EPJ Web Conference (EDP Science) dan Lecture Notes in Mechanical Engineering (Springer). “Kolaborasi antar universitas, pemerintah, industri, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam menjawab tantangan keberlanjutan global. Melalui TMIC, kami mendorong riset yang aplikatif, berdaya guna, dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.
Prof. Dr. Achmad Amzeri, Wakil Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM), menuturkan bahwa TMIC menjadi platform strategis untuk mendorong hasil riset dosen dan mahasiswa UTM agar dapat menembus publikasi internasional bereputasi.
“Melalui konferensi ini, kami berharap penelitian-penelitian yang berfokus pada isu-isu kemaduraan — mulai dari potensi daerah, tantangan sosial, hingga kearifan lokal — dapat dikenal luas oleh masyarakat global melalui proceeding atau jurnal terindeks Scopus,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Amzeri menambahkan bahwa penyelenggaraan TMIC juga merupakan bagian dari strategi UTM dalam memperkuat capaian riset dan posisi universitas pada peringkat internasional seperti QS Ranking, Webometrics, serta THE Impact Rankings SDGs yang ditargetkan tercapai pada tahun 2026.
“Luaran konferensi ini tidak hanya berupa proceeding, tetapi juga berkontribusi nyata terhadap peningkatan reputasi global UTM,” imbuhnya.
TMIC kali ini tidak hanya melibatkan dosen dari berbagai universitas dalam dan luar negeri, tetapi juga membuka ruang bagi mahasiswa melalui program riset kolaboratif. Setiap penelitian diwajibkan melibatkan setidaknya dua mahasiswa agar mereka dapat berperan langsung dalam publikasi ilmiah.
Prof. Amzeri menegaskan bahwa hasil penelitian mahasiswa yang berhasil dimuat di jurnal bereputasi dapat diakui sebagai pengganti tugas akhir. Kebijakan ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 39 Tahun 2025 tentang penyelenggaraan pendidikan tinggi yang memberikan fleksibilitas pengakuan luaran non-skripsi, seperti karya ilmiah, kewirausahaan, maupun magang industri.
“Saat ini, penyelesaian tugas akhir di UTM tidak lagi terbatas pada bentuk skripsi. Artikel ilmiah bereputasi, prestasi PKM, kegiatan kewirausahaan, hingga magang industri dengan hasil luar biasa dapat diakui sebagai alternatif pengganti skripsi,” pungkasnya.
Konferensi ini menghadirkan empat pembicara utama (keynote speakers) dari berbagai negara dan institusi, yakni: Dr. Wahyu Rahmaniar (Institute of Science Tokyo, Japan), Dr. Mirjam Lücking (Ludwig-Maximilians-University Munich, Germany), Prof. Wahyu Andy Nugraha, Ph.D. (Universitas Trunojoyo Madura, Indonesia), Medhy Aginta Hidayat, Ph.D. (Universitas Trunojoyo Madura, Indonesia).
Acara dibuka secara simbolik dengan pemakaian udeng khas Madura dan pemukulan gong oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof. Dr. Achmad Amzeri, S.P., M.P., didampingi Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama, Surokim, S.Sos., S.H., M.Si. menandai dimulainya kegiatan akademik internasional yang berlangsung selama dua hari.
Konferensi TMIC 2025 dibagi menjadi dua sesi utama, yakni Science and Technology (Scientech Session): Advancing Sustainable Technology and Innovation for Industry 5.0, dengan pembicara Dr. Wahyu Rahmaniar (Institute of Science Tokyo, Japan) dan Prof. Wahyu Andy Nugraha, Ph.D. (UTM). Dilanjut dengan sesi Social and Humanities Session: Collaboration and Social Responsibility in Shaping Industry 5.0, dengan pembicara Dr. Mirjam Lücking (Ludwig-Maximilians-University Munich, Germany) dan Dr. Iskandar Dzulkarnain (UTM).
Peserta konferensi berkesempatan mempublikasikan hasil riset mereka di berbagai outlet akademik bereputasi — mulai dari International Proceeding, Scopus Indexed Proceeding (selected papers), hingga Sinta Indexed Journal. Hal ini memperkuat posisi UTM sebagai universitas berakreditasi unggul dan terintegrasi global research network.
Selama dua hari, TMIC 2025 diisi dengan parallel session bidang sains dan sosial-humaniora, diskusi ilmiah, serta pemberian penghargaan “Best Presenter” di masing-masing bidang. Acara ditutup dengan refleksi kolaboratif mengenai peran akademisi dalam membangun masyarakat berketahanan sosial, inovatif, dan ramah lingkungan di era digital.
Berbagai hasil riset unggulan turut dipresentasikan dalam forum internasional ini, menegaskan peran Universitas Trunojoyo Madura sebagai pusat inovasi berkelas dunia. Pada bidang Science and Technology, Dr. Wahyu Rahmaniar dari Institute of Science Tokyo memaparkan riset berjudul “Smart Agriculture Based on IoT for Sustainable Farming in Madura” yang mengusung konsep pertanian cerdas berbasis Internet of Things untuk mewujudkan sistem pangan berkelanjutan di Madura. Sementara itu, Assoc. Prof. Sabaruddin Akhmad, S.T., M.T. dari Universitas Trunojoyo Madura mengangkat tema “Green Energy Transition and Waste-to-Value Innovations”, menyoroti pentingnya inovasi energi hijau dan pengelolaan limbah bernilai ekonomi tinggi. Prof. Wahyu Andy Nugraha, Ph.D. membahas “Marine Plastic Pollution and Circular Economy Approach in Coastal Areas”, yang menekankan pendekatan ekonomi sirkular dalam mitigasi pencemaran laut. Sedangkan Dr. Iskandar Dzulkarnain menyoroti aspek “AI and Robotics for Industry 5.0: A Human-Centered Perspective”, dengan fokus pada pentingnya teknologi kecerdasan buatan dan robotika yang berorientasi pada kemanusiaan dalam industri masa depan.
Pada bidang Social and Humanities, Dr. Mirjam Lücking dari Ludwig-Maximilians-University Munich memaparkan riset bertajuk “Social Inclusion and Gender Equality in Industry 5.0” yang menekankan pentingnya inklusi sosial dan kesetaraan gender di tengah revolusi teknologi. Medhy Aginta Hidayat, Ph.D. membahas “Digital Economy and Local Empowerment in the Age of AI” yang mengulas pemberdayaan ekonomi lokal di tengah derasnya arus digitalisasi. Adapun Dr. Uswatun Hasanah menyoroti peran kolaborasi lintas sektor dalam risetnya “Collaborative Innovation for Sustainable Community Development”, sementara Dr. Bambang Suroto mengupas topik “Law, Ethics, and Social Justice in Technological Society” yang menegaskan pentingnya keadilan sosial dan etika dalam masyarakat teknologi modern.
Seluruh makalah yang dipresentasikan dalam TMIC 2025 direncanakan akan dipublikasikan melalui EPJ Web of Conferences (EDP Sciences) dan Lecture Notes in Mechanical Engineering (Springer), serta jurnal nasional terindeks Sinta. Publikasi ini diharapkan memperkuat posisi Universitas Trunojoyo Madura sebagai perguruan tinggi riset yang aktif berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berorientasi keberlanjutan, sekaligus memperluas jejaring kolaborasi global.Dengan menghadirkan ilmuwan dari Jepang, Jerman, dan Indonesia, TMIC 2025 memperkuat posisi Universitas Trunojoyo Madura sebagai kampus riset unggul dan berdaya saing internasional yang konsisten berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta pemberdayaan masyarakat untuk kemajuan Madura dan Indonesia.
