UTM Official

Seputar UTM

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jadi Keynote Speaker Talk Show Gender Awareness di Universitas Trunojoyo Madura

Bangkalan, 25 Oktober 2025 — Universitas Trunojoyo Madura (UTM) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menggelar Talk Show Nasional bertema “Generasi Sadar Gender: Saatnya Bicara, Saatnya Bergerak!” di Gedung Pertemuan R.P. Mohammad Noer, Sabtu (25/10).

Acara ini dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Dra. Hj. Arifah Fauzi, M.Si., Anggota Komisi VIII DPR RI, Hj. Ansari, S.Pd.I., Bupati Bangkalan, Lukman Hakim, S.IP., M.H., Rektor UTM, Prof. Dr. Safi’, S.H., M.H., jajaran Forkopimda, serta ribuan civitas akademika dan organisasi perempuan di Madura.

Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi UTM untuk memperkuat komitmen mewujudkan kampus aman, setara, dan inklusif melalui berbagai langkah konkret, termasuk mitigasi masif terhadap kekerasan dan pelecehan seksual di lingkungan perguruan tinggi.

Dalam sambutannya, Rektor UTM, Prof. Dr. Safi’, S.H., M.H., menegaskan pentingnya membangun harmoni tanpa diskriminasi gender. “Selama ini UTM bukan termasuk daerah 3T, tetapi seringkali menjadi ‘T keempat’, terlupakan. Karena itu, kami berkomitmen mempercepat transformasi kampus dengan memperkuat sistem pencegahan kekerasan dan pelecehan seksual. Tahun ini kami mengambil langkah mitigasi masif agar setiap warga kampus merasa aman dan terlindungi,” ujarnya. Rektor menambahkan, UTM kini memiliki tujuh fakultas dan satu pascasarjana dengan berbagai jenjang pendidikan, serta tengah berupaya menambah 18 program studi baru termasuk Kedokteran. Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi peningkatan daya saing, sekaligus penguatan komitmen terhadap kesetaraan gender dan keadilan sosial di lingkungan akademik.

Bupati Bangkalan, Lukman Hakim, S.IP., M.H., menyoroti pentingnya gerakan kesetaraan gender dalam pembangunan daerah. Ia menjelaskan, angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Bangkalan masih tinggi, namun peningkatan jumlah pelaporan menunjukkan meningkatnya keberanian masyarakat untuk bersuara.

“Peningkatan jumlah pelaporan adalah bentuk keberanian, bukan aib. Melalui program Sekolah Orang Tua Hebat, kami memberikan edukasi sejak dini agar keluarga menjadi pelindung pertama bagi anak dan perempuan,” ujarnya.

Dari sisi legislatif, Anggota Komisi VIII DPR RI, Hj. Ansari, S.Pd.I., menyoroti meningkatnya kekerasan berbasis digital seperti cyber bullying, pelecehan daring, hingga ujaran kebencian berbasis gender. Ia menegaskan DPR berkomitmen memperkuat regulasi melalui UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) dan UU Perlindungan Data Pribadi, serta tengah mengkaji pembentukan UU khusus tentang cyber bullying. “Kemajuan teknologi membawa manfaat besar, namun tanpa mitigasi yang kuat, risiko kekerasan digital akan semakin tinggi. Karena itu, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci,” ujarnya.

Dalam sesi utama, Menteri PPPA Dra. Hj. Arifah Fauzi, M.Si., menyampaikan paparan bertajuk “Menghapus Bias Gender: Upaya Kolektif Menuju Indonesia Ramah Perempuan dan Anak.” Berdasarkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2024, sebanyak 51,78% anak perempuan dan 49,83% anak laki-laki usia 13–17 tahun di Indonesia pernah mengalami kekerasan. Ia juga menyoroti data bahwa 77% dosen menyatakan kekerasan seksual pernah terjadi di kampus, namun 63% kasus tidak dilaporkan, menggambarkan fenomena gunung es di dunia pendidikan tinggi.

“Kampus seperti UTM harus menjadi pelopor dalam memutus rantai kekerasan berbasis gender. Saya mengapresiasi langkah mitigasi masif yang dilakukan UTM dalam membangun budaya kampus yang inklusif dan berkeadilan. Inilah contoh nyata kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam mewujudkan ruang aman bagi perempuan dan anak,” ujar Menteri Arifah.

Selain menjadi pembicara utama, Menteri PPPA juga menyampaikan pandangannya dalam sesi wawancara usai kegiatan. “Hari ini saya berkunjung dan bersilaturahmi ke Universitas Trunojoyo Madura. Madura adalah tanah kelahiran saya, dan ini menjadi kebanggaan tersendiri. Di luar ekspektasi saya, kampus ini besar sekali. Prestasi, inovasi, dan kreasinya luar biasa. Saya tadi launching Zona Sirkular Ekonomi, salah satunya menampilkan hasil penelitian kampus ini—bagaimana limbah plastik diolah menjadi produk bermanfaat seperti genteng, kursi, biogas dari kotoran sapi, serta pupuk organik. Saya pikir ini inovasi yang sangat luar biasa. UTM juga telah meraih akreditasi unggul peringkat 123 dari lebih dari 4.500 kampus di Indonesia. Artinya, kampus ini sangat diperhitungkan. Karena itu, saya mengajak mahasiswa dan alumni UTM untuk bersama membangun Madura agar lebih baik dan mensejahterakan masyarakatnya,” ujarnya penuh apresiasi.

Sebagai wujud komitmen bersama, kegiatan dilanjutkan dengan Deklarasi Komitmen Bersama “UTM & Madura Siap Membangun Kampus Anti Kekerasan dan Masyarakat Inklusif.” Deklarasi ini diikuti oleh Rektor UTM, Pusat Penelitian Pemberdayaan Perempuan dan Wanita Madura (LPPM UTM), Satgas PPKS UTM, UPA Bimbingan dan Konseling UTM, Dinas KBPPPA Bangkalan, serta organisasi perempuan seperti Muslimat NU.

Deklarasi ini menjadi tonggak penting bagi UTM dalam memperkuat sistem kampus tanpa kekerasan, menghormati hak asasi manusia, serta mendorong partisipasi perempuan sebagai agen perubahan sosial.

Kegiatan ditutup dengan penyerahan 10 beasiswa Baznas oleh Menteri PPPA kepada mahasiswa UTM berprestasi. Acara berlangsung hangat, inspiratif, dan penuh semangat kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan kesetaraan gender dan lingkungan akademik yang aman serta berkeadilan.

Setelah talk show berakhir, Menteri PPPA dan Anggota Komisi VIII DPR RI mengunjungi Pameran Hasil Inovasi Riset dan Pengabdian Masyarakat UTM yang digelar di lobi Gedung Graha Utama lantai 1. Pameran tersebut menampilkan berbagai produk riset unggulan mahasiswa dan dosen UTM, seperti teknologi pengolahan limbah plastik menjadi genteng dan furnitur, biogas berbasis kotoran sapi, pupuk organik, hingga produk inovasi sirkular ekonomi lainnya. Kunjungan ini sekaligus menjadi simbol dukungan pemerintah terhadap kreativitas dan inovasi berkelanjutan dari perguruan tinggi di Madura.

Melalui kegiatan ini, Universitas Trunojoyo Madura menegaskan perannya sebagai kampus pelopor mitigasi kekerasan, kesetaraan gender, dan pembangunan lingkungan akademik inklusif di Madura, sekaligus memperkuat kontribusinya dalam Gerakan Nasional Kampus Aman dan Ramah Perempuan serta Anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *